Kamis, 24 April 2014

Cerpen#1 : Bukan Sekedar Berjalan Kaki


Pagi itu, jam menunjukkan pukul 6 pagi, namun Andi sudah siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini hari Sabtu. Andi sangat bersemangat jika bertemu dengan hari Sabtu. Mengapa ? sebab hari Sabtu ayahnya libur bekerja sehingga akan seharian di rumah dan setiap Sabtu pagi ayahnya bisa mengantar Andi ke sekolah. Biasanya selain hari Sabtu, Andi selalu naik angkot jika pergi ke sekolah karena ayahnya selalu sudah berangkat bekerja sejak pagi-pagi buta. Sebenarnya Andi bisa berjalan kaki, sekolahnya dekat hanya 1 kilometer dari rumah. hanya saja dia malas karena selalu berangkat sekolah setengah tujuh lebih, padahal pelajaran pertama dimulai pukul tujuh tepat.
Sabtu pagi adalah jadwal senam bersama di sekolah, itu sebabnya Andi pagi ini langsung memakai baju, celana serta sepatu olahraga. Seusai bersisir rapi, segera dia menyambar cepat tasnya dan keluar dari kamar. Di depan rumah ia melihat ayahnya sedang sibuk dengan motornya. “ Ayah ayo kita berangkat, Andi sudah siap” kata Andi. “sebentar Andi, motor ayah mogok gara-gara kehujanan kemarin, sepetinya perlu diservis ke bengkel” ujar ayahnya. Andi mengeluh pelan,. 
Dia kecewa, padahal sudah bersiap sepagi ini agar bisa menikmati perjalanan naik motor dengan ayahnya. Tapi kali ini berbeda cerita “yasudah yah Andi masuk ke dalam dulu, berangkatnya nanti saja nunggu agak siang agar bisa naik angkot” kata Andi, ayahnya diam sejenak “begini saja Andi, di dekat sekolahmu kan ada bengkel langganan ayah, bagaimana kalau kita jakan kaki saja ke sekolahmu, ayah antar sekalian mendorong motor ini untuk diperbaiki” kata ayah “ yaaa Andi tidak mau yah, capek. “tolak Andi. Ibunya tiba-tiba datang  “tidak apa Andi, mumpung ini masih pagi jadi masih santai, sekali-kali kamu merasakan jalan kaki ke sekolah, jangan naik angkot terus, kan sekalian olahraga, menghirup udara pagi” ujar Ibunya “ah ibu lagian kan nanti ada senam bersama di sekolah, itu juga olahraga, nanti Andi capek bu kalau habis jalan kaki langsung senam” keluh Andi “Nak, tidak ada kata capek kalau kamu gunakan untuk berolahraga, itu bagus untuk tubuhmu, agar sehat dan kuat, nanti uang unuk naik angkot bisa buat menambah uang jatah jajan kamu” nasehat Ayah. 
Atas bujukan orangtuanya, akhirnya Andi menuruti saran ayah untuk berjalan kaki, mereka pun berjalan  bersama. Tak lupa ayah menuntun  motor untuk dibawa ke bengkel. Menyusuri jalan keluar gang mereka masih saling diam, namun mulai keluar gang sampai dekat jalan raya Andi bertanya kepada ayahnya “ayah tidak capek berjalan kaki sambil menuntun sepeda motor? “ “tidak Andi, ayah malah senang, bisa sekalian olahraga” jawab ayah sambil tersenyum “Andi saja baru beberapa meter dari rumah sudah mulai lelah tapi ayah kelihatan santai sekali “ kata Andi heran. “ itu karena kanu jarang olahraga nak, kamu saja hanya olahraga jika di sekolah, itukan tidak cukup, kamu belum mengetahui seberapa pentingnya dari berjalan kaki seperti ini. “ kata ayah. “pentingnya berjalan kaki ? untuk apa yah ?”tanya Andi heran. Tiba-tiba dari depan muncul seorang anak SD seumuran Andi yang menggandeng Adiknya yang masih TK , mereka ingin berangkat ke sekolah “ kamu lihat mereka ?” Tanya ayah, Andi mengangguk “ lihatlah, mereka masih kecil, bersekolah seperti kamu, sangat bersemangat berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Mereka tidak terlihat capek. Malah kelihatan senang bisa menikmati udara sesegar ini di pagi hari, juga mengajarkan mereka untuk menjadi hemat. Daripada untuk naik angkot kan bisa untuk keperluan lain seperti membeli buku, pensil, dan alat sekolah lainnya “ ujar ayah. Tak jauh dari situ terlihatlah anak remaja berseragam SMP yang sedang berjalan mengantar koran ke rumah-rumah warga yang menjadi langganannya, “lihat juga anak itu, walau kelihatan lelah membawa tumpukan Koran tetapi dia tetap tersenyum senang tanda dia menikmati tiap langkah kakinya, tiap langkah adalah perjuangan yang harus dia daptkan, dengan baju seragam itu, dia tidak lupa tetap menjalankam kewajibanya sebagai pelajar yaitu bersekolah, dan dia yakin satu per satu langkah akan menjadi berkah jika kita ikhlas menjalankannya, maka dari itu kamu jangan cemberut terus supaya tidak lelah“ nasihat ayahnya sambil menggoda Andi yang malu karena ketahuan jika capek dan lelah, dia hanya nyengir saja, mereka terus berjalan “Ayah itu ada ibu-ibu yang berjualan jamu gendong disana, apa itu juga perjuangan Yah?” Tanya Andi melihat ada tukang penjual jamu yang lewat dihadapan mereka “benar sekali Andi, lihatlah ibu itu, sepagi itu sudah berjualan keliling rumah warga untuk menjajakan jamunya, dia berjalan jauh sekali lho, lebih jauh dari jarak rumah kita ke sekolah, demi mencari rezeki. “ kata Ayah “Sebenarnya kasihan ibu itu Yah, dia sudah tua dan seharusnya sudah beristirahat dirumah tidak bekerja seperti itu.” Kata Andi iba “ iya Andi, tapi kamu lihat itu, ibu tersebut bisa karena terbiasa. Di usianya yang sudah tua ibu itu masih sanggup membawa berat jamu yang digendongnya berjalan jauh sekali, itu karena fisiknya sudah terlatih sehingga menjadi kuat” terang ayah. 
Dalam hati Andi merasa kagum sekali dengan apa yang dilihatnya sepanjang jalan ini. Setiap jalan yang ia telusuri memberikan pelajaran berharga bahwa bukan hanya jalan kaki saja yang mereka lakukan, namun semata-mata untuk memperoleh hasil yang mereka ingin dapatkan, dan itu tidak boleh disikapi dengan mengeluh. “Nah Andi, ini belokan terakhir, sebentar lagi sampai di sekolahmu, kamu capek tidak ? “ Tanya Ayah mengagetkan lamunan Andi “ nggak kok Yah, Andi tidak capek, malah senang bisa berjalan kaki dan ngobrol bareng Ayah. Kan biasanya Ayah tidak pernah mengantar Andi sekolah karena harus bekerja.” Ucap Andi jujur, kali ini dia sudah bisa tersenyum. “Itu juga Andi, berjalan kaki seperti ini dapat menambah kedekatan antara anak dengan orangtua, banyak hal yang bisa dibicarakan sepanjang perjalanan, berbeda kan kalau naik angkot atau sepeda motor, 10 menit saja sudah sampai, tidak ada sensasinya.” Ujar ayahnya bangga dengan anaknya yang sudah tidak mengeluh lagi. “kalau kamu mau, setiap Minggu pagi ayah akan mengajakmu dan ibu berjalan kaki mengelilingi sekitar rumah untuk olahraga dan refreshing, nanti akan banyak hal yang bisa kita ceritakan sepanjang perjalanan.” Lanjut Ayah “Setuju Yah ! mulai besok Andi setiap hari juga akan berangkat sekolah dengan berjalan kaki saja, supaya sehat, dan uang jajan Andi akan ditabung untuk keperluan sekolah.” Janji Andi “bagus itu Nak, kamu bisa mengajak Wawan dan Riko tetangga kita untuk berjalan kaki bersama, semakin ramai semakin bagus agar tidak merasa lelah” sambut ayahnya. “ iya Yah Andi berjanji tidak akan mengeluh lagi, Andi pengen sering berjalan kaki karena banyak sekali hikmah yang bisa kita petik disetiap langkah kaki kita, seperti ini, Andi berjalan kaki untuk belajar di sekolah, dan ayah berjalan kaki menuntun sepeda motor untuk dibawa ke bengkel. Andi senang yah, kita buka sekedar berjalan kaki saja, tapi juga belajar tentang hidup.” Ucap Andi bersemangat “ wah baru satu kali kamu sudah dapat banyak pelajaran kan, nah sekarang sudah sampai, kamu masuk saja ke kelas, sementara ayah membawa motor ini ke bengkel dekat sana, nanti pulangnya ayah jemput” kata ayahnya sambil tersenyum bangga. 
Andi mencium tangan ayahnya lalu segera masuk kelas berlarian dengan teman-temannya. Ayah yang melihat dari kejauhan senang dan bangga akan perubahan sikap pada anaknya dan berharap agar dia akan lebih peduli dengan keadaan sosial bukan hanya sekedar dengan berjalan kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran JDIH di Era Revolusi Industri 4.0

          Pada era teknologi yang berkembang saat ini, membuat masyarakat dan pemerintah menjadi melek teknologi informasi dan melek hukum. ...