Sabtu, 10 Mei 2014

Cerpen#4 : Onde-Onde Ongki

Sepagi ini Ongki sudah menjajakan onde-onde buatan ibunya, kue tradisional berisi kacang hijau bertabur wijen diluar ini memang menjadi makanan khas penduduk desa yang biasa digunakan untuk camilan. "onde-ondee.....hangat enak mantap lezaaaaat !" teriak Ongki semangat.
 Onde-onde buatan ibunya itu memang sudah terkenal lezat, jadi sebentar saja sudah ada pembeli yang datang membeli onde-ondenya, "Ongki, saya beli 5 butir ya, masih hangat kan" kata Ibu Lina "Iya bu niih masih hangat semua kok, Lina belum bangun bu ?" tanya Ongki sambil memasukkan 5 potong onde-onde kedalam plastik bening dan menyerahkannya pada ibu Lina, Lina adalah teman sekelas Ongki "sudah kok, dia lagi mandi" kata Ibu Lina sambil memberikan uang untuk Ongki "terimakasih bu"kata Ongki senang "saya permisi dulu." lanjutnya. 

Ditangan Ongki sudah ada uang Rp 2.500 . Ya, onde-onde ibunya itu memang dijual dengan harga Rp 500 rupiah per butir, harga yang sangat murah dan bisa dijangkau oleh seluruh penduduk. Ongki melanjutkan perjalanannya menyusuri rumah-rumah penduduk, ditengah jalan sering dia berhenti karena ada orang yang membeli. 
Tiba di depan rumah Arya, ada ayahnya memanggil "Ongki masih berapa onde-onde mu ? sini saya beli" ujar ayah Arya "masih ada 6 butir lagi om, tadi alhamdulillah sudah banyak yang membeli" kata Ongki "sudah bungkus saja semua, nanti sebagian biar dibawa Arya untuk bekalnya ke sekolah" kata Ayah Arya "Wah baik Om saya bungkuskan, terimakasih Om" ujar Ongki senang karena onde-ondenya laku semua "ini uangnya Rp 5000 ambil saja sisanya untuk uang jajan kamu" kata Ayah Arya. Dalam hati Ongki senang sekali, orang tua teman-temannya itu sangat baik padanya, meskipun dia hanya anak tukang onde-onde.
Selepas berjualan Ongki langsung menuju sekolah, ini dilakukannya setiap hari, jadi sebelum bersekolah dia jualan dulu. Dia tidak malu, "yang penting Halal dan aku bisa meringankan beban ibu dalam bekerja" batin Ongki. Teman-teman sekelasnya rata-rata juga sering membeli onde-onde Ongki, mereka sering membawanya ke sekolah untuk disantap saat jam istirahat, termasuk Lina dan Arya yang membawa onde-onde pemberian orangtuanya tadi pagi yang dibeli dari Ongki.
Saat jam istirahat, Lina, Arya dan teman-teman yang lain sibuk bermain pasir disamping gedung sekolah. Kebetulan saat itu sedang ada pembangunan gedung perpustakaan sekolah yang baru, jadi pasir disana untuk keperluan bangunan, anak-anak seringkali bermain dengan pasir itu untuk membuat benteng atau rumah-rumahan. "wah aku capek nih, lapar juga, udahan yuk main pasirnya" kata Arya "iya aku juga, yausdah kalau gitu ayo kita ke kelas makan bekal" jawab Lina. Merekapun pergi ke kelas, setelah mencuci tangan sekenannya, mereka sama-sama menyantap bekal onde-onde di luar kelas.
Tiba-tiba disiang hari selepas pulang sekolah, Lina dan Arya merasakan sakit perut luar biasa, kepala mereka juga pusing. Akhirnya mereka dibawa ke klinik dekat sekolah. Segera saja pak guru menelepon kedua orang tua mereka agar segera menyusul ke klinik. "Menurut beberapa anak, sebelum kejadian ini mereka berdua menyantap onde-onde yang dibeli dari Ongki pagi tadi" ujar pak guru. Ayah Arya langsung geram, dan langsung memarahi Ongki habis-habisan "Kamu sengaja ya memberikan racun ke onde-onde mu agar anak saya sakit seperti ini ? untung saya belum makan kalau tidak saya juga pasti sudah sakit ! " bentaknya. Ongki tidak tahu menahu tentang hal ini, dia menangis "sa...saya tidak tahu apa-apa pak, selama jualan saya selalu jujur, ibu saya tidak pernah menaruh apapun dalam onde-onde jualan kami." kata Ongki gugup "lalu kenapa mereka bisa sakit perut setelah memakannya ? apa onde-onde mu itu dibuat dengan bahan yang sudah tidak sehat lagi, aah Ongki ibu tidak menyangka kamu dan ibumu itu berniat seperti itu" kata Ibu Lina marah "tenang pak, bu saya rasa ini bukan salah Ongki atau ibunya yang membuat onde-onde, tadi pagi sebelum ke sekolah saya juga sempat membeli dan memakan Onde-onde Ongki itu, namun tidak merasakan apa-apa. Kita dengar dulu penjelasan dari dokter" kata Pak guru menenangkan. Mereka pun menunggu hasil pemeriksaan dari dokter.
"Bapak, Ibu berdasarkan hasil dari lab, kami menilai onde-onde dari Ongki tidak mengandung zat berbahaya, justru hasil pemeriksaan kami menyatakan tangan Arya dan Lina terdeteksi kuman sehingga menyebabkan mereka sakit perut" ujar dokter "ah yang benar saja Dok, memangnya kamu ngapain saja sampai bisa begitu Arya ? " ujar ayah kepada Arya " kami bermain pasir di sekolah yah, tapi kami hanya mencuci tangan dengan air saja sesudah bermain,  tidak memakai sabun, setelah itu langsung makan" jawab Arya lemah "Nah Pak, Bu, berarti disini anak-anak bapak dan ibu yang salah, mereka teledor dengan tidak mencuci tangan dengan baik sebelum makan. Apalagi mereka bermain ditempat yang kotor, yang semestinya tidak digunakan untuk bermain. Selepas bermain seharusnya mencuci tangan dahulu dengan sabun antiseptik, agar bakteri tidak menempel dan masuk kedalam tubuh" kata Pak Dokter menjelaskan.
 Betapa terkejutnya ayah Arya dan Ibu Lina, mereka telah salah dan memarahi Ongki serta menuduh yang negatif, padahal Ongki yang selama ini memang baik tidak melakukan apa-apa "Ongki maafkan Ibu ya telah memarahi dan menuduh kamu," kata Ibu lina lembut sambil mengelus rambut Ongki "Iya ,maafkan Om juga, ternyata anak om sendiri yang salah, bukan kamu"kata ayah Arya "iya bu, om saya sudah maafkan, tidak apa-apa, yang terpenting saya bisa membuktikan kalau onde-onde buatan ibu saya yang saya jajakan ini bersih" kata Ongki lega karena terbebas dari tuduhan "Om masih boleh membeli onde-onde kamu kan?"kata ayah Arya sambil tersenyum "iya tentu boleh om."jawab Ongki senang "sampaikan maaf juga kepada ibu kamu ya, kita telah menuduh yang tidak-tidak tadi"ujar Ibu Lina.
Ongki mengangguk, dia senang, selama dia jujur pasti akan terbebas dari segala masalah, dan esok ia akan berjualan onde-onde lagi, seperti biasa, dengan penuh semangat ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran JDIH di Era Revolusi Industri 4.0

          Pada era teknologi yang berkembang saat ini, membuat masyarakat dan pemerintah menjadi melek teknologi informasi dan melek hukum. ...