Selasa, 07 Juli 2015

Menghargai Diri Sendiri Itu Perlu, Lho.



“Haduh tulisanku jelek banget, kayak ceker ayam. Mending ceker ayam bisa dimakan. Apa iya aku harus remes-remes tulisan sendiri terus aku makan?”

“Kok tulisanku nggak bisa sebagus dia ya ? rapi, cantik, bagus. Rasanya pengen aku pacarin aja.”


“Hufft aku nggak pernah bisa bikin karangan yang bagus. Aku sodorin naskah ke orang lain aja malah dibuat jadi pembungkus gorengan.”

“Kapan ya aku bisa jadi penulis kayak dia?”

“Aku ini memang nggak bisa apa-apa”

dst.

Rasanya sering banget kita mengeluh dengan kekurangan diri sendiri. Kita pengen bisa menonjol kayak yang dilakukan orang lain.  Kita sering iri dengan keberhasilan orang lain dan membandingkan dengan keadaan kita yang sekarang.

Berlarut-larut seperti itu bahaya lho…kita jadi nggak bisa menghargai diri kita sendiri. Padahal kita telah diciptakan Tuhan dengan wujud yang sama. Sama-sama manusia. Punya 2 tangan, 2 kaki, 2 mata, 1 mulut, dan organ-organ dalam lain sehingga kita bisa diberi nikmatnya kehidupan sampai detik ini.

Kebanyakan orang memang kayak gitu. Suka menuntut kelebihan orang lain biar ada di dalam diri kita juga. Pengen pinter nyanyi kayak Agnes Monica lah, pinter nulis kayak Dee Lestari, pengen pinter acting kayak Fedi Nuril, dsb. 

Kenapa kita seperti itu? karena kita sibuk memandang keatas, sibuk memandang anugerah yang orang lain dapatkan, tapi nggak pernah introspeksi diri akan anugrah yang kita sendiri punya, dan nggak dipunyai orang lain,. Seperti indera ke enam misalnya (sori bercanda).

Maksudnya anugrah kita itu ya kelebihan dari diri kita yang sadar enggak sadar kita punyai. Nggak usah jauh-jauh, kali ini saya mau mengintrospeksi diri saya sendiri aja sebagai penulis dalam postingan ini. Karena sebagai manusia, saya juga sering mengeluh seperti yang saya jabarkan diatas.
Saya bersyukur atas anugerah kehidupan yang diberikan Tuhan sampai sekarang saya masih bertahan hidup di dunia, sampai usia saya menginjak kepala dua ini. Akhir-akhir ini saya berpikir apa sih yang sudah saya syukuri dari diri saya sendiri selain anugerah kehidupan?

Saya suka menulis. Oke untuk yang ini memang banyak yang orang lain doyan. 

Sedikit cerita :
Saya pernah mengirimkan naskah saya ke Koran nasional. Naskah saya itu adalah cerita anak-anak sederhana. Harapan saya adalah agar supaya cerita saya bisa dimuat di Koran tersebut dan dibaca banyak orang. Saya berusaha menuangkan ide-ide saya seputar kehidupan anak-anak. Dengan penuh harap saya mengirimkan lewat e-mail hasil karya saya tersebut. Dua bulan setelahnya tanpa saya duga, saya menerima surat balasan yang datang via pos dari Koran nasional itu. Ada harapan bagi saya kalau karya saya diterima dan bisa dimuat. Kalau tidak mana mungkin saya diberi surat balasan lewat pos kayak gini, padahal dulu saya mengirimkan naskah lewat email. Itu yang saya pikirkan sebelum membuka surat itu.  Dengan hati-hati saya buka surat itu dan saya baca isinya. Ternyata hasilnya jauh dari harapan saya. Saya menerima surat penolakan naskah dengan keterangan naskah saya masih terlalu pendek dan belum layak muat. Saya kecewa saat itu, tetapi saya nggak langsung menyerah. Beberapa hari kemudian saya mulai menyusun naskah yang baru lagi, kriteria nya masih sama yaitu cerita anak. Saya mempunyai bayangan kalau kali ini pasti akan dimuat. Dua bulan berikutnya saya kembali mendapatkan balasan. Dan ternyata isi suratnya sama seperti yang sebelumnya.

Lemes banget saya begitu tau ditolak dua kali oleh Koran nasional yang saya harapkan. Seakan memupus harapan saya saat itu menjadi pencerita, meski dengan tingkat yang sederhana.

Selain menulis untuk Koran (dan ditolak), saya juga pernah beberapa kali mengikutkan lomba cerpen remaja, lomba menulis surat, pokoknya lomba apa saja yang berhubungan dengan kepenulisan, namun apa daya, gagal juga.

Saya masih memiliki satu harapan di lomba bercerita yang baru-baru ini saya ikuti lagi, dan SEMOGA ADA HARAPAN UNTUK MENANG, AMIIIIN !

Saya sering kali merasa iri ketika melihat hasil karya orang lain, kok bisa dimuat dalam Koran atau website komersil. Saya juga pengen, karena salah satu cita-cita saya adalah menjadi penulis yang bisa mendapat penghasilan dari tulisan. 

Baru beberapa hari ini saya sadar untuk mengintrospeksi diri saya sendiri, sebelum saya melangkah terlalu jauh dalam pengharapan, penyesalan, dan keinginan yang berlebihan.

ALHAMDULILLAH, Tuhan melimpahi saya berkah suka menulis yang luar biasa saya rasakan, saya bisa menuangkan ide apa saja meski sederhana apapun dan blog ini menjadi saksi bisunya.

ALHAMDULILLAH, Tuhan melimpahi saya berkah untuk tidak menyerah membuat tulisan sederhana yang memiliki makna. Contohnya tugas kuliah seperti membuat paper atau makalah. Ide-ide datang luar biasa saat saya mendapatkan tugas tersebut, namun hasil yang saya tuangkan biarlah Tuhan dan dosen saya yang menilai.

Saya sadar, bahwa teman-teman dekat saya pun belum tentu suka menulis, atau menulis tidak dari hati yang paling dalam, seperti mengejar target selesai saja sudah cukup. Tapi saya bukan tipe kayak gitu. Hasil tulisan saya sering saya koreksi lagi, apalagi untuk tugas kuliah, agar mendapat hasil yang maksimal.

Jadi saya rasa, saya akan belajar untuk menghargai diri saya sendiri, nggak mudah iri sama yang dihasilkan orang lain. Semoga Tuhan mencatat dan membantu saya dalam menghadapi segala kesulitan yang ada.

Maafkan saya Ya Allah, Atas kesalahan yang pernah saya perbuat. saya menghargai ciptaanMu, dan saya menghargai segala nikmat dan karunia yang telah kau berikan kepadaku.

Bagaimana dengan teman-teman? Mari, kita sama-sama belajar untuk menghargai diri sendiri. Contoh paling sederhana adalah JANGAN MENGELUH.

Keep Spirit !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran JDIH di Era Revolusi Industri 4.0

          Pada era teknologi yang berkembang saat ini, membuat masyarakat dan pemerintah menjadi melek teknologi informasi dan melek hukum. ...