“Haduh tulisanku jelek banget,
kayak ceker ayam. Mending ceker ayam bisa dimakan. Apa iya aku harus
remes-remes tulisan sendiri terus aku makan?”
“Kok tulisanku nggak bisa sebagus
dia ya ? rapi, cantik, bagus. Rasanya pengen aku pacarin aja.”
“Hufft aku nggak pernah bisa
bikin karangan yang bagus. Aku sodorin naskah ke orang lain aja malah dibuat
jadi pembungkus gorengan.”
“Kapan ya aku bisa jadi penulis
kayak dia?”
“Aku ini memang nggak bisa
apa-apa”
dst.
Rasanya sering banget kita
mengeluh dengan kekurangan diri sendiri. Kita pengen bisa menonjol kayak yang
dilakukan orang lain. Kita sering iri
dengan keberhasilan orang lain dan membandingkan dengan keadaan kita yang
sekarang.
Berlarut-larut seperti itu bahaya
lho…kita jadi nggak bisa menghargai diri kita sendiri. Padahal kita telah
diciptakan Tuhan dengan wujud yang sama. Sama-sama manusia. Punya 2 tangan, 2
kaki, 2 mata, 1 mulut, dan organ-organ dalam lain sehingga kita bisa diberi
nikmatnya kehidupan sampai detik ini.
Kebanyakan orang memang kayak
gitu. Suka menuntut kelebihan orang lain biar ada di dalam diri kita juga.
Pengen pinter nyanyi kayak Agnes Monica lah, pinter nulis kayak Dee Lestari,
pengen pinter acting kayak Fedi Nuril, dsb.
Kenapa kita seperti itu? karena
kita sibuk memandang keatas, sibuk memandang anugerah yang orang lain dapatkan,
tapi nggak pernah introspeksi diri akan anugrah yang kita sendiri punya, dan
nggak dipunyai orang lain,. Seperti indera ke enam misalnya (sori bercanda).
Maksudnya anugrah kita itu ya
kelebihan dari diri kita yang sadar enggak sadar kita punyai. Nggak usah
jauh-jauh, kali ini saya mau mengintrospeksi diri saya sendiri aja sebagai
penulis dalam postingan ini. Karena sebagai manusia, saya juga sering mengeluh
seperti yang saya jabarkan diatas.
Saya bersyukur atas anugerah
kehidupan yang diberikan Tuhan sampai sekarang saya masih bertahan hidup di
dunia, sampai usia saya menginjak kepala dua ini. Akhir-akhir ini saya berpikir
apa sih yang sudah saya syukuri dari diri saya sendiri selain anugerah
kehidupan?
Saya suka menulis. Oke untuk yang
ini memang banyak yang orang lain doyan.
Sedikit cerita :
Saya pernah mengirimkan naskah
saya ke Koran nasional. Naskah saya itu adalah cerita anak-anak sederhana.
Harapan saya adalah agar supaya cerita saya bisa dimuat di Koran tersebut dan
dibaca banyak orang. Saya berusaha menuangkan ide-ide saya seputar kehidupan
anak-anak. Dengan penuh harap saya mengirimkan lewat e-mail hasil karya saya
tersebut. Dua bulan setelahnya tanpa saya duga, saya menerima surat balasan yang
datang via pos dari Koran nasional itu. Ada harapan bagi saya kalau karya saya
diterima dan bisa dimuat. Kalau tidak mana mungkin saya diberi surat balasan
lewat pos kayak gini, padahal dulu saya mengirimkan naskah lewat email. Itu
yang saya pikirkan sebelum membuka surat itu. Dengan hati-hati saya buka surat itu dan saya baca
isinya. Ternyata hasilnya jauh dari harapan saya. Saya menerima surat penolakan
naskah dengan keterangan naskah saya masih terlalu pendek dan belum layak muat.
Saya kecewa saat itu, tetapi saya nggak langsung menyerah. Beberapa hari
kemudian saya mulai menyusun naskah yang baru lagi, kriteria nya masih sama
yaitu cerita anak. Saya mempunyai bayangan kalau kali ini pasti akan dimuat.
Dua bulan berikutnya saya kembali mendapatkan balasan. Dan ternyata isi
suratnya sama seperti yang sebelumnya.
Lemes banget saya begitu tau
ditolak dua kali oleh Koran nasional yang saya harapkan. Seakan memupus harapan
saya saat itu menjadi pencerita, meski dengan tingkat yang sederhana.
Selain menulis untuk Koran (dan
ditolak), saya juga pernah beberapa kali mengikutkan lomba cerpen remaja, lomba
menulis surat, pokoknya lomba apa saja yang berhubungan dengan kepenulisan,
namun apa daya, gagal juga.
Saya masih memiliki satu harapan
di lomba bercerita yang baru-baru ini saya ikuti lagi, dan SEMOGA ADA HARAPAN
UNTUK MENANG, AMIIIIN !
Saya sering kali merasa iri
ketika melihat hasil karya orang lain, kok bisa dimuat dalam Koran atau website
komersil. Saya juga pengen, karena salah satu cita-cita saya adalah menjadi
penulis yang bisa mendapat penghasilan dari tulisan.
Baru beberapa hari ini saya sadar
untuk mengintrospeksi diri saya sendiri, sebelum saya melangkah terlalu jauh
dalam pengharapan, penyesalan, dan keinginan yang berlebihan.
ALHAMDULILLAH, Tuhan melimpahi
saya berkah suka menulis yang luar biasa saya rasakan, saya bisa menuangkan ide
apa saja meski sederhana apapun dan blog ini menjadi saksi bisunya.
ALHAMDULILLAH, Tuhan melimpahi
saya berkah untuk tidak menyerah membuat tulisan sederhana yang memiliki makna.
Contohnya tugas kuliah seperti membuat paper atau makalah. Ide-ide datang luar
biasa saat saya mendapatkan tugas tersebut, namun hasil yang saya tuangkan
biarlah Tuhan dan dosen saya yang menilai.
Saya sadar, bahwa teman-teman
dekat saya pun belum tentu suka menulis, atau menulis tidak dari hati yang
paling dalam, seperti mengejar target selesai saja sudah cukup. Tapi saya bukan
tipe kayak gitu. Hasil tulisan saya sering saya koreksi lagi, apalagi untuk
tugas kuliah, agar mendapat hasil yang maksimal.
Jadi saya rasa, saya akan belajar
untuk menghargai diri saya sendiri, nggak mudah iri sama yang dihasilkan orang
lain. Semoga Tuhan mencatat dan membantu saya dalam menghadapi segala kesulitan
yang ada.
Maafkan saya Ya Allah, Atas
kesalahan yang pernah saya perbuat. saya menghargai ciptaanMu, dan saya
menghargai segala nikmat dan karunia yang telah kau berikan kepadaku.
Bagaimana dengan teman-teman?
Mari, kita sama-sama belajar untuk menghargai diri sendiri. Contoh paling sederhana
adalah JANGAN MENGELUH.
Keep Spirit !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar