Sabtu, 25 Oktober 2014

Sebelum Pagi Terulang Kembali



Film yang didedikasikan sebagai pencegaham korupsi dari KPK ini menceritakan sebuah keluarga. Yang terdiri dari ayah bernama Yan yang bekerja di perusahaan departemen perhubungan yang sedang membuat proyek pelabuhan Muara Tanjung, ibu yang seorang dosen di UI, eyang yang jago membuat kue, Firman anak pertama yang baru saja cerai dari istrinya dan merupakan pengangguran, padahal ia sudah memiliki dua anak, Satria anak kedua yang paling sukses dan mandiri yang bekerja pada kontraktor Ekajaya, serta Dian si bungsu yang berpacaran dengan Hasan seorang anggota legislatif  DPR, mereka sudah merencanakan untuk menikah dan beberapa persiapan juga mulai dilakukan seperti membeli kain, kebaya, serta tamu yang akan diuandang.

Yan memiliki sopir pribadi bernama Jaka, ia memiliki istri bernama Nisa yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Yan.
Yan menghadapi masalah dalam proyek pembuatan pelabuhan Muara Tanjung. Bermula ketika Satria bertemu Hasan dan Sigit yang merupakan rekan kerja Hasan di kalangan legislatif di sebuah pameran lukisan, dan meminta agar Yan segera menyelesaikan urusan tender dan mempercepat kontraktornya. Hasan bisa mengatur anggaran di DPR. Satria yang terpengaruh kemudian berbicara pada Yan. Ia mengatakan bahwa Hasan dapat membantunya melalui jalan dalam/ jalan yang tidak jujur supaya tender Satria yang menang.
Dari pertemuan Satria dan Hasan itulah, Satria bertemu dengan Caca, yaitu adik Sigit. Merekapun menjalin kasih.
Firman yang saat itu menganggur sementara menjadi sopir ibunya untuk mengantarkan ke kampus UI. Firman ditemani oleh Nisa sang pembantu. Dari kebersamaan itulah rupanya diam-diam tumbuh cinta dari Firman. Ia membelikan baju, gelang, serta aksesoris untuk Nisa dengan meminjam uang dari Firman. Ia juga sering blak-blakan dalam merayu Nisa. Hal tersebut tidak diketahui Jaka yang merupakan suami Nisa. Diam-diam Nisa juga memendam cinta kepada Firman. Perselingkuhan merekapun terus terjadi.
Ada sesuatu yang tidak beres dari proyek pelabuhan Muara Tanjung, Satria tidak mengetahui kalau kontraktor Ekajaya yang menang tender jika tidak diberitahu oleh Hasan. Dialah yang memberitahu bahwa ayah Satria yang akhirnya memenangkan tender anaknya itu. Di satu sisi Yan, ayahnya tidak mengetahui jika tender anaknya yang menang jika tidak diberitahu oleh pak Sul yang merupakan teman dekat Yan. Ternyata Hasan yang mencarikan jalan dan membuat Satria menang tender . Hal itu dicurigai Himawan dan karyawan perusahaan lain yang menuduh Yan memakan dan menggelapkan uang suap dari tender Satria. Hal tersebut membuat martabat Yan jatuh, dia memutuskan mundur dari perusahaan dan merasa ingin pensiun dini. Ditemani Jaka sang supir, Yan memutuskan untuk beralih memanfaatkan waktunya memotret pemandangan. Jaka yang juga suka memotret diberi kamera yang lumayan mahal dari Yan.
Ternyata Satria bekerja dengan tidak jujur. Ia mempekerjakan kakaknya, Firman untuk bekerjasama dengan cara mengedropkan uang gelap/ uang cucuran korupsi tendernya bagi pihak-pihak tertentu. Aksi ini ternyata dicium oleh KPK yang kemudian mengerahkan mata-mata untuk mengawasi aksi pengedropan uang oleh Firman itu. Firman pun mendapat komisi dari hasil kerjanya kepada Satria.
Atas kerja Satria sebagai pemenang tender, membuat Pakdenya yang baru saja pulang dari Swiss merasa bangga. Satria dapat mempersembahkan sebuah mobil baru untuk ibunya, serta mempekerjakan sopir pribadi untuk mengantar jemput ibunya itu.
Namun rupanya, ibunya tidak rakus harta. Beberapa hari kemudian ibunya mengembalikan kunci mobil baru itu ke Satria yang diduga ada hubungannya dengan ayahnya yang pensiun dini.
Eyang sudah lama merasa takut dan khawatir atas perilaku orang-orang tercintanya, yaitu anak dan cucunya. Yan yang tiba-tiba ingin pensiun dini, Satria yang mendadak kaya serta Firman yang kerjanya tidak jelas karena hanya bertugas mengedropkan uang/ undercover perusahaan Satria. Eyang sudah berbicara serius pada Ibu dan meminta agar dapat mengkondusifkan kembali situasi keluarganya itu.
Satria pergi ke kantor ayahnya dulu dan menemui pak Himawan. Satria memberi suap 2 persen hasil dari pembanguan pelabuhan. Boss Himawan menerima dengan senang hati uang itu. Satu hal lagi yang diminta Satria agar pak Himawan meminta maaf pada ayah Satria dan menangguhkan surat pengunduran dirinya. Pak Himawan mau menyanggupi asalkan Satria membagi komisi 5 persen dari lima tender yang akan dimasuki Ekajaya. Rupanya Himawan yang merupakan mantan boss Yan ini juga ikut korupsi. Mengetahui hal itu keluar dari kantor Satria marah-marah. Firman yang menegtahui ketidakberesan ini awalnya ingin berhenti bekerja dengan Firman, yang ditolak mentah-mentah oleh Satria karena Firman sedikit banyak juga telah mendapatkan persenan uang korupsi itu.
Di tengah ketegangan yang terjadi, ada kabar bahwa eyang sakit patah pinggul dan harus melakukan perawatan dengan segera.
Firman dan Satria segera menuju rumah sakit, di satu tempat Hasan dengan Dian juga akan menyusul ke rumah sakit. Mereka sedang berada di apartemen milik Hasan. Saat membantu membereskan barang milik Hasan, Dian menemukan kaset, foto-foto, serta baju anak di lemari Hasan. Sedikit curiga Dian menanyakan pada Hasan yang dijawab bukan apa-apa olehnya. Padahal sebenarnya Hasan sudah memiliki istri dan seorang anak. Hal tersebut disembunyikan dan Dian pun tidak mengetahuinya.
Beberapa hari kemudian eyang pulang dan dapat kembali ke rumah meski menggunakan kursi roda sebagai pembantu berjalan. Eyang juga memiliki pembantu baru yang merawatnya meski masih berusia 17 tahun.
Sore hari saat membereskan barang di lemari, Jaka melihat ada bungkusan putih milik Nisa, ia penasaran lalu membukanya. Kagetlah ia bahwa isinya merupakan baju, gelang, dan aksesoris mahal pemberian Firman yang disembunyikan oleh Nisa. Jaka merasa sedikit kesal pada istrinya itu. Tetapi Ia belum mengetahui bahwa Nisa selingkuh dengan Firman. Nisa pun menyadari bahwa Jaka sudah mengetahui barang-barang pemberian Firman itu.
Beberapa hari kemudian terjadi persiapan-persiapan di rumah menjelang pernikahan Dian dengan Hasan. Karpet, sofa, serta hiasan bunga sudah diatur sedemikian rupa. Saat ibu sibuk dengan persiapan pernikahan Dian, ia tidak sengaja melihat Firman dan Nisa yang berpelukan mesra di samping rumah. Ia akhirnya mengetahui dengan nyata bahwa Firman sangat mencintai Nisa, meskipun Nisa sudah bersuami. Tentu saja Ibu menentang tindakan Firman tersebut.
Di malam sebelum acara pernikahan, tiba-tiba ada tamu yang datang dan sangat mengejutkan karena perempuan itu membawa anak kecil. Ia mengaku bahwa dirinya adalah istri Hasan dan anaknya adalah anak Hasan. Dian yang mengetahui dirinya dibohogi sontak menangis sejadi-jadinya sambil memeluk sang ayah dan ibu yang berusaha menenangkan. Satria dan Firman yang merupakan kakak Dian tentu saja tidak terima adiknya dibohongi. Firman spontan langsung menampar Hasan dan mengatakan pernikahan harus batal. Celakanya setelah  bercakap-cakap dan Dian menyanggupi pembatalan pernikahannya, Satria malah meminta Dian agar menersuskan acara pernikahannya dengan Hasan karena alasan hubungan dengan relasi proyek kerja. Sontak Dian langsung menolak karena tidak mau jadi korban sirkus politik Satria itu.
Esok harinya setelah kejadian selesai, Jaka datang menemui Yan untuk mengundurkan diri menjadi sopir. Ia yang akhirnya telah mengetahui hubungan Nisa dan Firman juga telah memutuskan untuk bercerai dengan Nisa.
Eyang yang lebih banyak diam memilih untuk melihat kenangan-kenangan manis jaman muda dulu melalui album foto. Namun kemudian Eyang akhirnya meninggal dunia diatas album foto itu.
Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Bermula saat Firman yang sedang bertugas mengedropkan uang gelap dari Satria akhirnya tertangkap basah oleh pihak KPK dan langsung ditangkap. Begitu juga dengan tersangka suap lain seperti Sigit dan Pak Himawan juga ditangkap. Satria walau sudah berusaha membakar dan memusnahkan barang bukti akhirnya tertangkap juga. Mereka dikenakan tuduhan korupsi dan diadili oleh KPK.
Perusahaan akhirnya diambil alih oleh pak Sul, kerabat Yan. Yan memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya dan memilih tetap pensiun agar bisa istirahat serta merawat cucu-cucunya yang merupakan dua anak Firman.
*Sekian*


PS : ini link untuk download filmnya : http://www.youtube.com/watch?v=Jm_8SZb_iV0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran JDIH di Era Revolusi Industri 4.0

          Pada era teknologi yang berkembang saat ini, membuat masyarakat dan pemerintah menjadi melek teknologi informasi dan melek hukum. ...